Tuesday, February 14, 2017

Ikhlas yang kini culas

Habis kudrat mengayuh perahu,
Semangat melihat pulau nun jelas,
Ada hal cuma Tuhan yang tahu:
Jodoh, rezeki, umur dan ikhlas

Orang dipulau meninjau tingkap,
Setia menanti yang dicinta,
Apa perlunya ikhlas disingkap,
Baik menafsir yang jelas ternyata

Sampai dermaga cinta disambut,
Namun hati diganggu curiga,
Walaupun asal kasih bertaut,
Ikhlas diuji rapuh jadinya

Jatuh embun dihujung dahan,
Tidak diendah walau dipesan,
Hakikat ikhlas ilmunya Tuhan,
Mengapa uji kepada insan?

Tercalar hati meminta belas,
Namun kasih tidak dihargai,
Mulanya ikhlas, bertukar culas,
Sedih hati yang dicurigai

Bawa hatimu jauh kembara,
Luas terbentang samudra raya,
Cekalkan hatimu yang nyata lara,
Azam menyinta Yang Maha Kaya

~Nur_aqli, 2017

Sunday, February 05, 2017

A thrown sword in battle

Lucky this blog is more or less anonymous. I've been thinking that if people who know me personally read this blog, maybe they will be concerned.
Oh well.
That serves you right, ain't it so?
To my readers (if you exist), just don't be too hasty with your stereotypes. You are wrong to put anyone in a box. I am iridescent. Nothing is absolute: change is the only constant.
So please don't interpret me based on what I write.
Interpret yourself instead, based on what you think or feel about what I write.
That is the purpose of all art: to see yourself through the looking glass of others and keep that understanding in your heart and use it as you see fit. It is like a soldier taking a sword from a fought battleground as arsenal to be used in his own impending battle. For what the sword is originally used for is irrelevant. The coming battle is all there is to it. Take it, and win your battle.

Seloka Sang Perindu

Hatiku kini dirundung rindu,
Namun rindunya pada siapa?
Tiada jawapan cuma sendu,
Ia harapan jiwa yang alpa

Rindu dilempar jauh ke dasar,
Kerana tiada insan yang sudi,
Memaknai rindu lama memekar,
Qada dan qadar belum terjadi

Harapan tipis dikikis masa,
Namun hidup dikemudi jua,
Cuma mengharap pada yang Esa,
Henti inginku untuk dunia

Kini kudrat dikerah melangkah,
Tanpa hiraukan ingin dan angan
Walaupun parah jiwa merekah,
Menanti rehat nun di kayangan