Jauh dari diriku,
Jauh dari hasutan nafsu celaru,
Agar dia boleh tenang dan bekerja seperti selalu.
Akal yang menyuruhnya kesitu,
Sudah lama, namun hati degil enggan pergi.
"Tunggu dulu"
"Belum lagi masanya"
Namun pasir masa terus gugur,
Keadaan masih sama.
Lalu dengan langkah yang berat,
Ia naik ke tingkat atas.
Akal tahu lukanya dalam,
Tapi sudah disempadan usaha,
Takdir bukan aturan kita,
Dan hati terus memberat dengan harapan.
Dalam dingin malam yang panjang,
Harapan itu akal langitkan,
Bersama-sama ketulusan hati,
Yang sedar kelemahan diri.
Allah Maha Besar (aku hamba kecil),
Allah Maha Penyayang (aku hamba berdosa),
Allah Maha Mendengar (aku hamba peminta),
Allah Maha Kuasa (aku hamba hina)
Setelah harapan dilangitkan,
Sebelum hati naik ke tingkat atas,
Diberi kendali kepada akal,
"Kau bawalah dia ke Siratal Mustaqim"
Akal tahu, hati akan bersamanya nanti,
Cuma butuh sedikit rehat ditingkat atas.
No comments:
Post a Comment